Menyimak untuk memahami lafal ini diambil dari buku teks pelajaran sekolah SMK, untuk tujuan menyimak silakan lihat di Tujuan Menyimak. Menyimak sebagai keterampilan berbahasa. Menyimak menggunakan indra pendengaran, namun bukan berarti saat mendengar seseorang sudah dikatakan sedang menyimak. Sesungguhnya proses menyimak adalah merupakan kegiatan mendengarkan yang disengaja dalam rangka mencapai maksud-maksud tertentu. Maksud-maksud tersebut misalnya, untuk tujuan belajar, mengapresiasi sebuah karya, mendapatkan informasi khusus, memecahkan masalah, atau untuk memahami aspek-aspek sebuah bahasa.
mak tidak sekadar mendengar, tetapi lebih dari itu, yaitu mendengar dengan memusatkan perhatian kepada objek yang disimak. Proses
Kegiatan menyimak yang bertujuan untuk mempelajari aspek-aspek bahasa meliputi hal-hal berikut.
Pemahaman terhadap Lafal, Tekanan, Intonasi, dan Jeda
Unsur bahasa yang terkecil berupa lambang bunyi ujaran disebut fonem. Ilmu yang mempelajari fonem disebut fonologi atau fonemik. Fonem dihasilkan oleh alat ucap manusia yang dikenal dengan artikulasi. Dalam bentuk tertulisnya disebut huruf. Lambang-lambang ujaran ini di dalam bahasa Indonesia terbagi dua, yaitu vokal dan konsonan. Cara mengucapkan lambang-lambang bunyi ini disebut dengan lafal. Jadi lafal adalah cara seseorang atau sekelompok penutur bahasa dalam mengucapkan lambang-lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucapnya.
Fonem vokal di dalam bahasa Indonesia secara umum dilafalkan menjadi delapan bunyi ujaran walaupun penulisannya hanya lima ( a, i , u, e, o ).
Contoh fonem dalam bahasa indonesia:
fonem / a / dilafalkan [ a ]
fonem / i / dilafalkan [ i ]
fonem / u / dilafalkan [u ]
fonem / e / dilafalkan tiga bunyi yaitu: [ e ] , [ ? ] atau e lemah, dan [e] atau e lebar.
Contoh pemakaian fonem:
lafal [e] pada kata <sate>
lafal [?] pada kata <p?san>
lafal [e] pada kata <nenek>
fonem /o/ terdiri atas lafal [o] biasa dan lafal [()] atau o bundar. Contoh pemakaian fonem:
Variasi lafal fonem /e/ dan /o/ ini memang tak begitu dirasakan, cenderung tersamar karena pengucapannya tidak mengubah arti kecuali pada kata-kata tertentu yang termasuk jenis homonim.
Tidak ada pedoman khusus yang mengatur ucapan atau lafal ini seperti bagaimana diaturnya sistem tata tulis atau ejaan dalam Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) yang harus dipatuhi setiap pemakai bahasa tulis bahasa Indonesia sebagai ukuran bakunya. Lafal sering dipengaruhi oleh bahasa daerah mengingat pemakai bahasa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa yang memiliki bahasa daerahnya masing-masing. Bahasa daerah ini merupakan bahasa Ibu yang sulit untuk dihilangkan sehingga saat menggunakan bahasa Indonesia sering dalam pengucapan diwarnai oleh unsur bahasa daerahnya.
Contoh pelafalan yang dipengaruhi bahasa daerah:
<apa> diucapkan oleh orang Betawi menjadi <ape>, <p()h()n> diucapkan <pu’un>. Pada bahasa Tapanuli (Batak), pengucapan e umumnya menjadi e, seperti kata <benar> menjadi <benar>, atau pada bahasa daerah Bali dan Aceh pengucapan huruf t dan d terasa kental sekali, misalnya ucapan kata teman seperti terdengar deman, di Jawa khusunya daerah Jawa Tengah pengucapan huruf b sering diiringi dengan bunyi /m/ misalnya, <Bali> menjadi [mBali], <besok> menjadi [mbesok] dan sebagainya.
Selain itu pelafalan kata juga dipengaruhi oleh bahasa sehari-hari yang tidak baku. Perhatikan contoh di bawah ini.
telur --> telor
kursi --> korsi
lubang --> lobang
kantung --> kant()ng
senin --> s?nen
rabu --> reb()
kamis --> kemis
kerbau --> kebo, dan lain sebagainya.
Menurut EYD, huruf vokal dan konsonan didaftarkan dalam urutan abjad, dari a sampai z dengan lafal atau pengucapannya. Secara umum setiap pelajar dapat melafalkan abjad dengan benar, namun ada pelafalan beberapa huruf yang perlu mendapatkan perhatian khusus karena sering dipengaruhi oleh lafal bahasa asing atau bahasa Inggris.
Contoh pelafalan huruf dalam bahasa Indonesia:
huruf c dilafalkan ce bukan se,
huruf g dilafalkan ge bukan ji
huruf q dilafalkan ki bukan kyu
huruf v dilafalkan fe bukan fi
huruf x dilafalkan eks bukan ek
huruf y dilafalkan ye bukan ey
Jadi:
Pengucapan MTQ adalah [em te ki] bukan [em te kyu]
Pengucapan TV adalah [te fe] bukan [ti fi]
Pengucapan exit adalah [eksit] bukan [ekit]
Dalam bahasa Indonesia ada gabungan vokal yang diikuti oleh bunyi konsonan w atau y yang disebut dengan diftong.
Contoh diftong dalam bahasa Indonesia:
1. Gabungan vokal /ai/ menimbulkan bunyi konsonan luncuran [ay] pada contoh diftong ay:
- sungai menjadi sungay
- gulai menjadi gulay
- pantai menjadi pantay
2. Gabungan vokal /au/ menimbulkan bunyi konsonan luncuran [aw] pada contoh diftong au:
- harimau menjadi harimaw
- limau menjadi limaw
- kalau menjadi kalaw
3. Gabungan vokal /oi / menimbulkan bunyi konsonan luncuran [oy] pada contoh diftong oy:
- koboi menjadi koboy
- amboi menjadi amboy
- sepoi menjadi sepoy
Tetapi, ada kata-kata yang menggunakan unsur gabungan tersebut di atas tetap dibaca sesuai lafal kedua vokalnya. Contoh:
- dinamai tetap dibaca [dinamai]
- bermain tetap dibaca [bermain]
- mau tetap dibaca [mau]
- daun tetap dibaca [daun]
- koin tetap dibaca [koin]
- heroin tetap dibaca [heroin]
Ada juga dalam tata bahasa Indonesia, gabungan konsonan yang dilafalkan dengan satu bunyi, seperti fonem /kh/, /sy/, /ny/, /ng/ dan /nk/. Meskipun ditulis dengan dua huruf, tetapi dilafalkan satu bunyi, contoh: khusus, syarat, nyanyi, hangus, bank.
Menyimak untuk Memahami Lafal, Tekanan, Intonasi, dan Jeda yang Lazim atau Baku dan yang tidak |
Kegiatan menyimak yang bertujuan untuk mempelajari aspek-aspek bahasa meliputi hal-hal berikut.
- Pengenalan dan pemahaman tentang unsur-unsur bunyi dan hal yang membentuknya seperti alat ucap yang disebut dengan ilmu fonetik dan fonemik.
- Proses pembentukan kata, frasa, klausa, kalimat, dan unsur-unsur kalimat.
- Pembagian kosakata dan hal yang menyangkut makna.
- Makna kata berdasarkan situasi dan konteks pemakaiannya.
- Makna budaya yang tercakup dan tersirat dalam suatu pesan, dan sebagainya.
Pemahaman terhadap Lafal, Tekanan, Intonasi, dan Jeda
Unsur bahasa yang terkecil berupa lambang bunyi ujaran disebut fonem. Ilmu yang mempelajari fonem disebut fonologi atau fonemik. Fonem dihasilkan oleh alat ucap manusia yang dikenal dengan artikulasi. Dalam bentuk tertulisnya disebut huruf. Lambang-lambang ujaran ini di dalam bahasa Indonesia terbagi dua, yaitu vokal dan konsonan. Cara mengucapkan lambang-lambang bunyi ini disebut dengan lafal. Jadi lafal adalah cara seseorang atau sekelompok penutur bahasa dalam mengucapkan lambang-lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucapnya.
Fonem vokal di dalam bahasa Indonesia secara umum dilafalkan menjadi delapan bunyi ujaran walaupun penulisannya hanya lima ( a, i , u, e, o ).
Contoh fonem dalam bahasa indonesia:
fonem / a / dilafalkan [ a ]
fonem / i / dilafalkan [ i ]
fonem / u / dilafalkan [u ]
fonem / e / dilafalkan tiga bunyi yaitu: [ e ] , [ ? ] atau e lemah, dan [e] atau e lebar.
Contoh pemakaian fonem:
lafal [e] pada kata <sate>
lafal [?] pada kata <p?san>
lafal [e] pada kata <nenek>
fonem /o/ terdiri atas lafal [o] biasa dan lafal [()] atau o bundar. Contoh pemakaian fonem:
- lafal [o] pada kata [orang]
- lafal [()] pada kata [p()h()n], saat mengucapkannya bibir lebih maju dan bundar.
Variasi lafal fonem /e/ dan /o/ ini memang tak begitu dirasakan, cenderung tersamar karena pengucapannya tidak mengubah arti kecuali pada kata-kata tertentu yang termasuk jenis homonim.
Tidak ada pedoman khusus yang mengatur ucapan atau lafal ini seperti bagaimana diaturnya sistem tata tulis atau ejaan dalam Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) yang harus dipatuhi setiap pemakai bahasa tulis bahasa Indonesia sebagai ukuran bakunya. Lafal sering dipengaruhi oleh bahasa daerah mengingat pemakai bahasa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa yang memiliki bahasa daerahnya masing-masing. Bahasa daerah ini merupakan bahasa Ibu yang sulit untuk dihilangkan sehingga saat menggunakan bahasa Indonesia sering dalam pengucapan diwarnai oleh unsur bahasa daerahnya.
Contoh pelafalan yang dipengaruhi bahasa daerah:
<apa> diucapkan oleh orang Betawi menjadi <ape>, <p()h()n> diucapkan <pu’un>. Pada bahasa Tapanuli (Batak), pengucapan e umumnya menjadi e, seperti kata <benar> menjadi <benar>, atau pada bahasa daerah Bali dan Aceh pengucapan huruf t dan d terasa kental sekali, misalnya ucapan kata teman seperti terdengar deman, di Jawa khusunya daerah Jawa Tengah pengucapan huruf b sering diiringi dengan bunyi /m/ misalnya, <Bali> menjadi [mBali], <besok> menjadi [mbesok] dan sebagainya.
Selain itu pelafalan kata juga dipengaruhi oleh bahasa sehari-hari yang tidak baku. Perhatikan contoh di bawah ini.
telur --> telor
kursi --> korsi
lubang --> lobang
kantung --> kant()ng
senin --> s?nen
rabu --> reb()
kamis --> kemis
kerbau --> kebo, dan lain sebagainya.
Menurut EYD, huruf vokal dan konsonan didaftarkan dalam urutan abjad, dari a sampai z dengan lafal atau pengucapannya. Secara umum setiap pelajar dapat melafalkan abjad dengan benar, namun ada pelafalan beberapa huruf yang perlu mendapatkan perhatian khusus karena sering dipengaruhi oleh lafal bahasa asing atau bahasa Inggris.
Contoh pelafalan huruf dalam bahasa Indonesia:
huruf c dilafalkan ce bukan se,
huruf g dilafalkan ge bukan ji
huruf q dilafalkan ki bukan kyu
huruf v dilafalkan fe bukan fi
huruf x dilafalkan eks bukan ek
huruf y dilafalkan ye bukan ey
Jadi:
Pengucapan MTQ adalah [em te ki] bukan [em te kyu]
Pengucapan TV adalah [te fe] bukan [ti fi]
Pengucapan exit adalah [eksit] bukan [ekit]
Dalam bahasa Indonesia ada gabungan vokal yang diikuti oleh bunyi konsonan w atau y yang disebut dengan diftong.
Contoh diftong dalam bahasa Indonesia:
1. Gabungan vokal /ai/ menimbulkan bunyi konsonan luncuran [ay] pada contoh diftong ay:
- sungai menjadi sungay
- gulai menjadi gulay
- pantai menjadi pantay
2. Gabungan vokal /au/ menimbulkan bunyi konsonan luncuran [aw] pada contoh diftong au:
- harimau menjadi harimaw
- limau menjadi limaw
- kalau menjadi kalaw
3. Gabungan vokal /oi / menimbulkan bunyi konsonan luncuran [oy] pada contoh diftong oy:
- koboi menjadi koboy
- amboi menjadi amboy
- sepoi menjadi sepoy
Tetapi, ada kata-kata yang menggunakan unsur gabungan tersebut di atas tetap dibaca sesuai lafal kedua vokalnya. Contoh:
- dinamai tetap dibaca [dinamai]
- bermain tetap dibaca [bermain]
- mau tetap dibaca [mau]
- daun tetap dibaca [daun]
- koin tetap dibaca [koin]
- heroin tetap dibaca [heroin]
Ada juga dalam tata bahasa Indonesia, gabungan konsonan yang dilafalkan dengan satu bunyi, seperti fonem /kh/, /sy/, /ny/, /ng/ dan /nk/. Meskipun ditulis dengan dua huruf, tetapi dilafalkan satu bunyi, contoh: khusus, syarat, nyanyi, hangus, bank.