Menyimak untuk Memahami Lafal, Tekanan, Intonasi, dan Jeda yang Lazim atau Baku dan yang tidak (Bagian 2)


Lafal dan fonem merupakan unsur segmental di dalam bahasa Indonesia.

Selain unsur ini, ada pula unsur lain yang fungsinya berkaitan dengan unsur suprasegmental, yaitu tekanan, intonasi, dan jeda. Tekanan adalah gejala yang ditimbulkan akibat adanya pengkhususan dalam pelafalan sebuah suku kata atau kata. Tekanan adalah bentuk tinggi rendahnya, panjang pendeknya, atau keras lembutnya suara atau pengucapan. Biasanya kata yang mengalami tekanan tertentu adalah kata yang dipentingkan.

Tekanan dalam bahasa Indonesia tidak mengubah makna seperti pada bahasa Batak Toba /bóntar/ artinya putih, dan /bentár/ artinya darah. Tekanan hanya menunjukkan sesuatu kata atau frasa yang ditonjolkan atau dipentingkan agar mendapat pemahaman secara khusus bagi pendengar. Tekanan tertentu pada sebuah kata atau frasa menguatkan maksud pembicara. Biasanya tekanan didukung oleh ekspresi atau mimik wajah sebagai bagian dari ciri bahasa lisan. Contoh penggunaan pola tekanan:

1. Adi membeli novel di toko buku.
(yang membeli novel Adi, bukan orang lain)

2. Adi membeli novel di toko buku.
(Adi membeli novel, bukan membaca)

3. Adi membeli novel di toko buku.
yang dibeli Adi novel bukan alat tulis)

4. Adi membeli novel di toko buku.
(Adi membeli novel di toko buku bukan di pasar)

Ciri suprasegmental lainnya adalah intonasi. Intonasi ialah tinggi rendahnya nada dalam pelafalan kalimat. Intonasi lazim dinyatakan dengan angka (1,2,3,4). Angka 1 melambangkan titinada paling rendah, sedangkan angka 4 melambangkan titinada paling tinggi. Penggunaan intonasi menandakan suasana hati penuturnya. Dalam keadaan marah seseorang sering menyatakan sesuatu dengan intonasi menaik dan meninggi, sedangkan suasana sedih cenderung berintonasi menurun. Intonasi juga dapat menandakan ciri-ciri sebuah kalimat. Kalimat yang diucapkan dengan intonasi akhir menurun biasanya bersifat pernyataan, sedangkan yang diakhiri dengan intonasi menaik umumnya berupa kalimat tanya.

Contoh:

Menyimak untuk Memahami Lafal, Tekanan, Intonasi, dan Jeda yang Lazim atau Baku dan yang tidak



- Mereka sudah pergi.

Menyimak untuk Memahami Lafal, Tekanan, Intonasi, dan Jeda yang Lazim atau Baku dan yang tidak



- Mereka sudah pergi? Kapan?

Berbicara tentang intonasi berarti berbicara juga tentang jeda. Jeda adalah penghentian atau kesenyapan. Jeda juga berhubungan dengan intonasi, penggunaan intonasi yang baik dapat ditentukan pula oleh penjedaan kalimat yang tepat. Untuk kalimat panjang penempatan jeda dalam pengucapan menentukan ketersampaian pesan. Dengan jeda yang tepat pendengar dapat memahami pokok-pokok isi kalimat yang diungkapkan.

Penggunaan jeda yang tidak baik membuat kalimat terasa janggal dan tidak dapat dipahami. Dalam bahasa lisan, jeda ditandai dengan kesenyapan. Pada bahasa tulis jeda ditandai dengan spasi atau dilambangkan dengan  garis miring [/], tanda koma [,], tanda titik koma [;], tanda titik dua [:], tanda hubung [-], atau tanda pisah [--]. Jeda juga dapat memengaruhi pengertian atau makna kalimat. Perhatikan contoh di bawah ini.

Menurut pemeriksaan dokter Joko Susanto memang sakit Kalimat ini dapat mengandung pengertian yang berbeda jika jedanya berubah. Misalnya,

a. Menurut pemeriksaan / dokter Joko Susanto / memang sakit. 
(yang sakit dokter Joko Susanto)

b. Menurut pemeriksaan dokter / Joko Susanto / memang sakit.
(yang memeriksa dokter dan yang sakit ialah Joko Susanto)

c. Menurut pemeriksaan dokter Joko/ Susanto/ memang sakit.
(yang memeriksa bernama dokter Joko, yang sakit Susanto)

Ciri Bahasa Indonesia Baku
Bahasa baku adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Pedoman yang digunakan adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), Pedoman Pembentukan Istilah, dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Bahasa yang tidak mengikuti kaidah-kaidah bahasa Indonesia disebut bahasa tidak baku.

Fungsi bahasa baku ialah sebagai pemersatu, pemberi kekhasan, pembawa kewibawaan, dan kerangka acuan. Ciri-ciri ragam bahasa baku, yaitu, sebagai berikut.

  1. Digunakan dalam situasi formal, wacana teknis, dan forum-forum resmi seperti seminar atau rapat. 
  2. Memiliki kemantapan dinamis artinya kaidah dan aturannya tetap dan tidak dapat berubah.
  3. Bersifat kecendekiaan, artinya wujud dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa yang lain mengungkapkan penalaran yang teratur.
  4. Memiliki keseragaman kaidah, artinya kebakuan bahasa bukan penyamaan ragam bahasa, melainkan kesamaan kaidah.
  5. Dari segi pelafalan, tidak memperlihatkan unsur kedaerahan atau asing.

RANGKUMAN Materi Bahasa Indonesia Menyimak untuk Memahami Lafal, Tekanan, Intonasi, dan Jeda yang Lazim atau Baku dan yang tidak

Tujuan Menyimak
Menyimak adalah keterampilan mendengarkan sesuatu dengan sengaja untuk tujuan tertentu.

Pemahaman terhadap Lafal, Tekanan, Intonasi, dan Jeda Lafal adalah cara seseorang atau sekelompok penutur bahasa mengucapkan bunyi-bunyi bahasa, secara umum fonem vokal dalam bahasa Indonesia dilafalkan menjadi delapan bunyi ujaran, walaupun penulisannya hanya lima. Delapan bunyi ujaran itu adalah (a, i, u, e, ?, e, o,)
Tekanan adalah panjang-pendek, tinggi-rendah, atau keras lembutnya pengucapan.
Intonasi ialah tinggi rendahnya nada dalam pelafalan kalimat.
Jeda adalah penghentian atau kesenyapan yang secara tertulis ditandai oleh spasi, garis miring (/), tanda koma (,), tanda titik koma (;), tanda titik dua(:), tanda hubung (-), tanda pisah (–).
Ciri Bahasa Indonesia Baku
Ciri bahasa Indonesia baku adalah formal, dinamis, cendekia, memiliki kesamaan kaidah, dan pelafalan yang tidak mencerminkankedaerahan atau asing.
Baca juga: Pengertian Puisi
Wacana di bawah ini dapat digunakan sebagai contoh soal untuk materi bahasa Indonesia Menyimak untuk Memahami Lafal, Tekanan, Intonasi, dan Jeda yang Lazim atau Baku dan yang tidak.


Apakah Kamu Perokok Pasif?

Ayu, teman Sinta, menyalakan rokok setiap ia mendapatkan kesempatan. Ayu melakukannya ketika ia sedang berkumpul bersama teman-temannya pada Jumat malam di sebuah restoran pizza sebelum menonton bareng acara sepak bola mania. Padahal Ayu juga mengajak serta adik laki-laki Sinta. Melihat kelakuan Ayu, Sinta merasa khawatir terhadap kebiasaan temannya itu. Kebiasaan merokok yang dilakukan Ayu akan memberi dampak kesehatan bagi teman-temannya dan juga dirinya sendiri. Sinta tak yakin Ayu menyadari bahwa kebiasaannya itu bisa sangat berpengaruh serius pada kesehatan orang di sekitarnya.

Setiap orang memahami bahwa merokok adalah suatu hal yang merugikan. Begitu pula dirimu mungkin sudah mendengar bahwa menghirup asap yang dikeluarkan oleh orang yang merokok sangat berbahaya bagi kesehatanmu.

Asap yang dihasilkan oleh rokok atau asap sekunder, terdiri atas dua jenis. Pertama, asap yang dikeluarkan oleh para perokok disebut asap mainstream. Kedua, asap yang mengalir dari batang rokok atau pipa rokok disebut asap sidestream. Kedua asap itu mengandung ribuan senyawa kimia, mulai dari amonia, arsenik, sampai hidrogen sianid. Kebanyakan dari senyawa yang terkandung dalam asap rokok telah terbukti sebagai racun atau sebagai penyebab kanker yang disebut karsinogen.

Beberapa senyawa kimia yang ditemukan dalam asap sekunder berbentuk konsentrasi tinggi. Asap ini ternyata secara signifikan meningkatkan risiko individu terjangkit:

  1.  Infeksi pernapasan (seperti bronkritis dan pneuminia).
  2. Asma (asap sekunder adalah faktor yang membawa risiko asma dan dapat memicu serangan pada individu yang telah menderita asma sebelumnya).
  3. Batuk, radang tenggorokan, bersin, dan napas tersendat-sendat.
  4. Kanker.
  5. Sakit jantung.

Jadi, asap sekunder tidak hanya memberi dampak terhadap individu di masa datang, tapi juga dapat menjadi masalah di saat ini, seperti memberi dampak pada performa orang dalam berolahraga atau dapat memengaruhi kekuatan fisik individu yang aktif berolahraga.

Memahami kemungkinan-kemungkinan menghirup asap sekunder tersebut, apa yang dapat kamu lakukan? Apalagi kamu mengetahui siapa saja yang biasa merokok. Mungkin saja yang melakukan adalah kakekmu atau laki-laki yang biasa kamu ajak jalan atau teman kerja. Yang jelas, dirimu merokok atau dirimu sering berada di sekitar orang yang merokok, kamu harus memahami bahwa menghirup asap tembakau rokok tidak baik untuk kesehatan. Meskipun hanya dalam waktu singkat atau sesaat saja, deraan asap itu berdampak langsung tanpa hambatan bagi tubuh kamu.

Jika kamu merokok, cobalah untuk berhenti. Berhenti merokok bukanlah hal yang mudah karena merokok sifatnya sangat candu. Tapi, sekarang ini sudah banyak program dan orang yang bisa membantu kamu untuk memulai sesuatu yang berani, yaitu menjadi orang yang bebas dari rokok.

Pertimbangankanlah keuntungan-keuntungan yang akan kamu peroleh, seperti kamu akan terlihat, merasa, dan beraroma tubuh lebih baik. Di samping itu, tentu saja tanpa keraguan kamu akan mempunyai uang lebih banyak untuk ditabung atau untuk sekadar jalan-jalan sambil menunjukkan kepada lingkungan bahwa kamu adalah orang yang baru, yang sehat! Mungkin saja dengan mengetahui bahwa kamu melindungi orang-orang di sekitarmu yang kamu cintai dengan berhenti merokok, bisa membantumu memiliki keinginan yang lebih kuat untuk menendang jauh kebiasaan burukmu itu.

Jika kamu tidak merokok, cobalah dua tindakan berikut.

  1. Ajaklah keluar semua perokok jauh dari orang lain, terutama  anak-anak dan wanita yang sedang hamil. Asap rokok akan terus berputar di udara meski beberapa jam setelah rokok dimatikan. al ini berarti bila seorang perokok mengisap rokoknya dalam ruangan, orang lain yang ada dalam ruangan tersebut juga ikut menghirupnya. Karena asap dapat melekat pada orang dan juga pakaian, saat perokok kembali ke dalam ruangan, ia diharuskan mencuci tangan dan mengganti pakaiannya, terutama sebelum memegang atau memeluk anak-anak.
  2. Jangan pernah membiarkan orang yang bersamamu di dalam mobil merokok. Meskipun membiarkan rokok diarahkan keluar jendela dan mengeluarkan asapnya ke luar, tetap berpengaruh kecil. Sudah terbukti bahwa perokok pasif sangat membahayakan diri.
Jadi, diharapkan para perokok bisa berniat untuk mengambil langkah sederhana, yaitu memilih tempat khusus untuk menyalakan rokoknya. Selain itu, orang yang tak merokok pun harus memiliki pilihan, yaitu bisa menjauh dari orang yang merokok di sekitarnya baik di rumah, sekolah, dan restoran. Peraturan baru tentang aktivitas merokok di tempat umum harus segera diterapkan sehingga orang yang tidak merokok lebih mudah untuk menikmati udara bebas rokok selama hidup.

(Dikutip dari sebuah tulisan di Republika, 28 Oktober 2007, dengan beberapa perubahan)

Baca juga Menyimak untuk Memahami Lafal, Tekanan, Intonasi, dan Jeda yang Lazim atau Baku dan yang tidak (Bagian 1)

Menyimak untuk Memahami Lafal, Tekanan, Intonasi, dan Jeda yang Lazim atau Baku dan yang tidak (Bagian 2) Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Site Administrator