Kita sudah mempelajari proses pembentukan kata yang semua itu
berpengaruh pada perubahan makna kata dari makna awalnya. Selain
proses bentukan kata, makna kata juga dapat ditimbulkan oleh dua hal,
yaitu hubungan referensial dan hubungan antarmakna.
1. Makna Kata Berdasarkan Hubungan Referensial
Makna kata ini dibedakan menjadi:
a. Makna denotatif
Makna denotatif ialah makna yang paling dekat dengan bendanya (makna konseptual), atau kata yang mengandung arti sebenarnya.
Contoh:
1. Bunga mawar itu dipetik Sita dan disuntingkan di rambutnya.
2. Untuk menafkahi kedua anaknya, ia menjual sayuran di pasar.
3. Penjual menawarkan barang kepada pembeli.
4. Bajunya basah kuyup terkena keringat.
b. Makna konotatif
Makna konotatif ialah makna kiasan atau diartikan makna yang cenderung lain dengan benda nyata (makna kontekstual) disebut juga makna tambahan.
Contoh :
1. Ayahnya mendapat kursi sebagai anggota dewan.
kursi artinya jabatan/kekuasaan
2. Hatiku berbunga-bunga setelah anakku mendapat juara pertama.
berbunga-bunga artinya gembira
3. Sekarang ia bekerja di tempat yang basah.
basah artinya selalu menghasilkan uang
Dalam pengertian lain makna konotasi berkaitan dengan cakupan makna halus dan cakupan makna kasar.
Contoh cakupan makna halus:
1. Neneknya sudah meninggal dua hari yang lalu.
2. Istri Pak Dadang seorang perawat di rumah sakit pusat.
3. Ibunya Rosita sedang hamil lima bulan.
4. Mari kita doakan para pahlawan yang telah gugur agar arwahnya diterima oleh Allah.
Contoh cakupan makna kasar:
1. Pamannya sudah mampus seminggu yang lalu.
2. Kakakku sedang bunting, dia harus berhati-hati.
3. Bininya seorang dokter.
4. Pahlawan telah mati di medan laga.
c. Makna idiomatik (ungkapan)
Secara umum ungkapan berarti gabungan kata yang memberi arti khusus atau kata-kata yang dipakai dengan arti lain dari arti yang sebenarnya. Ungkapan dapat juga diartikan makna leksikal yang dibangun dari beberapa kata, yang tidak dapat dijelaskan lagi lewat makna kata-kata pembentuknya.
Contoh:
- ringan tangan = rajin bekerja, suka memukul
- gerak langkah = perbuatan
- dipeti-eskan = dibekukan atau tidak digunakan
- tertangkap basah = terlihat saat melakukan
- gali lubang tutup lubang = pinjam sini, pinjam sana
- banting stir = mengubah haluan
- jantung hati = kekasih
Ungkapan berfungsi menghidupkan, melancarkan serta mendorong perkembangan bahasa Indonesia supaya dapat mengimbangi perkembangan kebutuhan bahasa terhadap ilmu pengetahuan dan keindahan sehingga tidak membosankan. Tata bahasa ibarat kebun, ungkapan ibarat kembang-kembangnya. Dilihat dari bentuk dan prosesnya, ungkapan dapat diperinci ke dalam beberapa jenis berikut.
1. Menurut jumlah kata
a. Dua kata
- mencari ilham : berusaha mencari ide baru
- bercermin bangkai : menanggung malu
b. Tiga kata atau lebih
- diam seribu bahasa : membisu
- hutangnya setiap helai bulu : tak terhitung banyaknya
2. Menurut zaman
a. Ungkapan lama
- matanya bagai bintang timur : bersinar, tajam
- rambutnya bagai mayang mengurai : ikal, keriting
- berminyak air : berpura-pura
b. Ungkapan baru
- ranjau pers : undang-undang pers
- berebut senja : siang berganti malam
- ranum dunia : penyebab kesulitan
3. Menurut asalnya
a. Ungkapan berasal dari bahasa asing
- black sheep : kambing hitam
- over nemen : mengambil oper
- side effect : akibat samping
b. Ungkapan berasal dari bahasa daerah
- soko guru : suri tauladan
- anak bawang : yang tidak diutamakan
2. Makna Kata Berdasarkan Hubungan Antarmakna
Makna kata berdasarkan hubungan antarmakna terdiri atas sinonim, antonim, dan hiponim.
a. Sinonim
Sinonim ialah pasangan kata atau kelompok kata yang mempunyai arti mirip atau hampir sama. Walaupun sinonim menunjukkan kesamaan arti kata, sesungguhnya arti kata-kata itu tidaklah sama betul. Dalam kalimat tertentu, suatu kata mungkin dapat digunakan tetapi dalam kalimat lain
tidak dapat digunakan atau penggunaannya selalu dipertimbangkan oleh unsur nilai rasa atau lingkungan penuturnya (kontekstual).
Contoh sinonim dengan kata yang sama maknanya :
- Bung Hatta telah wafat. (telah = sudah)
- Kita merdeka karena jasa Bung Hatta. (karena = sebab)
- Bung Hatta sangat berjasa. (sangat = amat)
Contoh beberapa kata yang memiliki kemiripan makna :
- Tepat di muka gedung kantor pos Jakarta berdirilah sebuah kompleks bangunan kuno yang kukuh.
- Persis di bangunan kantor pos Jakarta kota tertancaplah sebuah kawasan bangunan kolot yang kuat.
Makna kalimat 1 dan 2 sama. Namun kalimat 1 lebih jelas isinya, kalimat 2 pilihan katanya kurang tepat sehingga pembaca / pendengar menjadi ragu menafsirkan maknanya.
b. Antonim
Antonim adalah kata-kata yang berlawanan maknanya/berlawanan artinya.
Contoh:
a) Sejak sakit batuk, ia pantang minum es.
Ia harus meminum obat itu sesuai yang dianjurkan oleh dokter.
b) Aksi penebangan pohon merupakan perusakan hutan.
Pemerintah menghimbau agar warga melestarikan hutan.
c) Kadang-kadang ia berlatih seminggu sekali.
Nasihat orang tuanya seringkali tidak didengarnya.
d) Perkembangan anak itu sangat lambat.
Dengan tangkasnya, ia menendang bola ke mulut gawang.
Terdapat beberapa perbedaan antara kata-kata yang berantonim. Oposisi antarkata dapat berbentuk seperti berikut.
a. Oposisi kembar
Contoh:
- laki-laki-perempuan
- jantan–betina
- hidup-mati
b. Oposisi majemuk
Contoh:
- baju-merah
- sapu- tangan
- rumah-makan
c. Oposisi gradual
Contoh:
- kaya- miskin
- panjang- pendek
d. Oposisi relasional (kebalikan)
Contoh:
- orangtua-anak
- guru-murid
- memberi-menerima
e. Oposisi inversi
Contoh:
- Jual-beli
- Pulang-pergi
f. Oposisi komplementer
Contoh:
- mur-baut
- kompor-minyak
g. Oposisi inkompabilitas
Contoh:
- merah-hijau
h. Oposisi hierarki
Contoh:
- camat lurah.
c. Hiponim
Hiponim ialah kata yang memiliki hubungan hierarkis dengan beberapa kata yang lain. Hubungan hierarki ini terdiri atas satu kata yang merupakan induk (hipernim), yang memiliki semua komponen makna kata lainnya yang menjadi unsur bawahannya (hiponim). Proses hiponim dan hipernim menimbulkan istilah kata umum dan kata khusus. Kata umum dipakai untuk mengungkapkan gagasan umum, sedangkan kata khusus digunakan untuk perinciannya. Jadi, kata umum dapat diterapkan untuk semua hal, sedangkan kata khusus diterapkan untuk hal tertentu saja. Contoh penggunaan kata umum dan khusus dalam kalimat seperti berikut.
1. Pukul 07.00 WIB bel berdering cukup keras. Berdering (kata khusus), biasanya digunakan untuk bunyi bel. Kata umumnya ialah bunyi. Kata bunyi bisa digunakan untuk semua suara benda/sesuatu.
2. Untuk menyambut tahun baru, Ibu merangkai melati dan mawar. Kata melati dan mawar merupakan kata khusus. Kata umumnya ialah bunga.
Berdasarkan contoh penggunaan kata umum dan kata khusus di atas, cermatilah kata umum dan kata khusus pada tabel berikut.
berpengaruh pada perubahan makna kata dari makna awalnya. Selain
proses bentukan kata, makna kata juga dapat ditimbulkan oleh dua hal,
yaitu hubungan referensial dan hubungan antarmakna.
1. Makna Kata Berdasarkan Hubungan Referensial
Makna kata ini dibedakan menjadi:
a. Makna denotatif
Makna denotatif ialah makna yang paling dekat dengan bendanya (makna konseptual), atau kata yang mengandung arti sebenarnya.
Contoh:
1. Bunga mawar itu dipetik Sita dan disuntingkan di rambutnya.
2. Untuk menafkahi kedua anaknya, ia menjual sayuran di pasar.
3. Penjual menawarkan barang kepada pembeli.
4. Bajunya basah kuyup terkena keringat.
b. Makna konotatif
Makna konotatif ialah makna kiasan atau diartikan makna yang cenderung lain dengan benda nyata (makna kontekstual) disebut juga makna tambahan.
Contoh :
1. Ayahnya mendapat kursi sebagai anggota dewan.
kursi artinya jabatan/kekuasaan
2. Hatiku berbunga-bunga setelah anakku mendapat juara pertama.
berbunga-bunga artinya gembira
3. Sekarang ia bekerja di tempat yang basah.
basah artinya selalu menghasilkan uang
Dalam pengertian lain makna konotasi berkaitan dengan cakupan makna halus dan cakupan makna kasar.
Contoh cakupan makna halus:
1. Neneknya sudah meninggal dua hari yang lalu.
2. Istri Pak Dadang seorang perawat di rumah sakit pusat.
3. Ibunya Rosita sedang hamil lima bulan.
4. Mari kita doakan para pahlawan yang telah gugur agar arwahnya diterima oleh Allah.
Contoh cakupan makna kasar:
1. Pamannya sudah mampus seminggu yang lalu.
2. Kakakku sedang bunting, dia harus berhati-hati.
3. Bininya seorang dokter.
4. Pahlawan telah mati di medan laga.
c. Makna idiomatik (ungkapan)
Secara umum ungkapan berarti gabungan kata yang memberi arti khusus atau kata-kata yang dipakai dengan arti lain dari arti yang sebenarnya. Ungkapan dapat juga diartikan makna leksikal yang dibangun dari beberapa kata, yang tidak dapat dijelaskan lagi lewat makna kata-kata pembentuknya.
Contoh:
- ringan tangan = rajin bekerja, suka memukul
- gerak langkah = perbuatan
- dipeti-eskan = dibekukan atau tidak digunakan
- tertangkap basah = terlihat saat melakukan
- gali lubang tutup lubang = pinjam sini, pinjam sana
- banting stir = mengubah haluan
- jantung hati = kekasih
Ungkapan berfungsi menghidupkan, melancarkan serta mendorong perkembangan bahasa Indonesia supaya dapat mengimbangi perkembangan kebutuhan bahasa terhadap ilmu pengetahuan dan keindahan sehingga tidak membosankan. Tata bahasa ibarat kebun, ungkapan ibarat kembang-kembangnya. Dilihat dari bentuk dan prosesnya, ungkapan dapat diperinci ke dalam beberapa jenis berikut.
1. Menurut jumlah kata
a. Dua kata
- mencari ilham : berusaha mencari ide baru
- bercermin bangkai : menanggung malu
b. Tiga kata atau lebih
- diam seribu bahasa : membisu
- hutangnya setiap helai bulu : tak terhitung banyaknya
2. Menurut zaman
a. Ungkapan lama
- matanya bagai bintang timur : bersinar, tajam
- rambutnya bagai mayang mengurai : ikal, keriting
- berminyak air : berpura-pura
b. Ungkapan baru
- ranjau pers : undang-undang pers
- berebut senja : siang berganti malam
- ranum dunia : penyebab kesulitan
3. Menurut asalnya
a. Ungkapan berasal dari bahasa asing
- black sheep : kambing hitam
- over nemen : mengambil oper
- side effect : akibat samping
b. Ungkapan berasal dari bahasa daerah
- soko guru : suri tauladan
- anak bawang : yang tidak diutamakan
2. Makna Kata Berdasarkan Hubungan Antarmakna
Makna kata berdasarkan hubungan antarmakna terdiri atas sinonim, antonim, dan hiponim.
a. Sinonim
Sinonim ialah pasangan kata atau kelompok kata yang mempunyai arti mirip atau hampir sama. Walaupun sinonim menunjukkan kesamaan arti kata, sesungguhnya arti kata-kata itu tidaklah sama betul. Dalam kalimat tertentu, suatu kata mungkin dapat digunakan tetapi dalam kalimat lain
tidak dapat digunakan atau penggunaannya selalu dipertimbangkan oleh unsur nilai rasa atau lingkungan penuturnya (kontekstual).
Contoh sinonim dengan kata yang sama maknanya :
- Bung Hatta telah wafat. (telah = sudah)
- Kita merdeka karena jasa Bung Hatta. (karena = sebab)
- Bung Hatta sangat berjasa. (sangat = amat)
Contoh beberapa kata yang memiliki kemiripan makna :
- Tepat di muka gedung kantor pos Jakarta berdirilah sebuah kompleks bangunan kuno yang kukuh.
- Persis di bangunan kantor pos Jakarta kota tertancaplah sebuah kawasan bangunan kolot yang kuat.
Makna kalimat 1 dan 2 sama. Namun kalimat 1 lebih jelas isinya, kalimat 2 pilihan katanya kurang tepat sehingga pembaca / pendengar menjadi ragu menafsirkan maknanya.
b. Antonim
Antonim adalah kata-kata yang berlawanan maknanya/berlawanan artinya.
Contoh:
a) Sejak sakit batuk, ia pantang minum es.
Ia harus meminum obat itu sesuai yang dianjurkan oleh dokter.
b) Aksi penebangan pohon merupakan perusakan hutan.
Pemerintah menghimbau agar warga melestarikan hutan.
c) Kadang-kadang ia berlatih seminggu sekali.
Nasihat orang tuanya seringkali tidak didengarnya.
d) Perkembangan anak itu sangat lambat.
Dengan tangkasnya, ia menendang bola ke mulut gawang.
Terdapat beberapa perbedaan antara kata-kata yang berantonim. Oposisi antarkata dapat berbentuk seperti berikut.
a. Oposisi kembar
Contoh:
- laki-laki-perempuan
- jantan–betina
- hidup-mati
b. Oposisi majemuk
Contoh:
- baju-merah
- sapu- tangan
- rumah-makan
c. Oposisi gradual
Contoh:
- kaya- miskin
- panjang- pendek
d. Oposisi relasional (kebalikan)
Contoh:
- orangtua-anak
- guru-murid
- memberi-menerima
e. Oposisi inversi
Contoh:
- Jual-beli
- Pulang-pergi
f. Oposisi komplementer
Contoh:
- mur-baut
- kompor-minyak
g. Oposisi inkompabilitas
Contoh:
- merah-hijau
h. Oposisi hierarki
Contoh:
- camat lurah.
c. Hiponim
Hiponim ialah kata yang memiliki hubungan hierarkis dengan beberapa kata yang lain. Hubungan hierarki ini terdiri atas satu kata yang merupakan induk (hipernim), yang memiliki semua komponen makna kata lainnya yang menjadi unsur bawahannya (hiponim). Proses hiponim dan hipernim menimbulkan istilah kata umum dan kata khusus. Kata umum dipakai untuk mengungkapkan gagasan umum, sedangkan kata khusus digunakan untuk perinciannya. Jadi, kata umum dapat diterapkan untuk semua hal, sedangkan kata khusus diterapkan untuk hal tertentu saja. Contoh penggunaan kata umum dan khusus dalam kalimat seperti berikut.
1. Pukul 07.00 WIB bel berdering cukup keras. Berdering (kata khusus), biasanya digunakan untuk bunyi bel. Kata umumnya ialah bunyi. Kata bunyi bisa digunakan untuk semua suara benda/sesuatu.
2. Untuk menyambut tahun baru, Ibu merangkai melati dan mawar. Kata melati dan mawar merupakan kata khusus. Kata umumnya ialah bunga.
Berdasarkan contoh penggunaan kata umum dan kata khusus di atas, cermatilah kata umum dan kata khusus pada tabel berikut.