Berikut ini contoh wacana yang dapat dijadikan referensi materi bahasa Indonesia tentang Menggunakan Kalimat yang Baik, Tepat, dan Santun.
Hemat BBM Dengan Bahan Bakar Nabati (Biofuel)
Minyak bumi adalah sumber energi yang tidak bisa diperbaharui. Cadangan minyak bumi Indonesia saat ini hanya sekitar 8,4 miliar barel. Dengan laju pengurangan produksi 400 juta barel per tahun, apabila tidak ditemukan cadangan baru, diperkiraan minyak bumi Indonesia hanya tersisa untuk jangka waktu 21 tahun.
Kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) nasional tahun 2006 mencapai 61 juta kiloliter. Oleh karena kemampuan kilang minyak dalam negeri tidak mencukupi, untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pemerintah mengimpor BBM kurang lebih 30% dari total kebutuhan BBM nasional. Hal ini tentunya akan membebani APBN dan mengurangi cadangan devisa negara.
Untuk mengurangi kebergantungan terhadap BBM, semua kebijakan dan pengelolaan energi harus mengacu pada langkah-langkah efisiensi, diversifikasi, konservasi dan lingkungan. Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden No. 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional untuk mengembangkan sumber energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak. Pemerintah juga memberikan perhatian untuk pengem- bangan bahan bakar nabati (biofuel) dengan menerbitkan Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatkan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Sebagai Bahan Bakar Lain.
Bisa dibayangkan jika 5% bahan bakar nabati (biofuel) digunakan untuk mengganti/mensubtitusi BBM, kita mampu menghemat pemakaian BBM fosil hingga 3,1 juta kiloliter. Sebaliknya jika kita tidak berupaya menghemat BBM fosil salah satunya dengan memanfaatkan bahan bakar nabati (biofuel), negara harus terus mengimpor minyak fosil dengan biaya trilyunan rupiah setiap tahunnya.
Lebih dari itu, bahan bakar nabati (biofuel) adalah bahan bakar yang dapat diperbaharui dan bahan bakunya mudah serta banyak ditemui di Indonesia seperti sawit, jarak pagar, tebu, kelapa, nyamplung, keledai, ubi kayu, wijen, dan lain sebagainya sehingga penyediaannya lebih berkesinambungan. Bahan bakar nabati (biofuel) juga memiliki kandungan polusi yang lebih kecil. Berdasarkan hasil uji emisi gas buang, pemakaian bahan bakar nabati (biofuel) akan mengurangi kandungan karbon monoksida (CO) sehingga menghasilkan gas buang ramah lingkungan. Sebagai perbandingan, pemakaian Bensin-88 akan menghasilkan 1,22% gas CO, Bensin-92 menghasilkan 0,81%, sadangkan Biothanol 92 hanya menghasilkan 0,44% gas CO.
Untuk menyukseskan program tersebut, perlu adanya partisipasi dari pihak-pihak terkait dan pemerintah daerah dalam membantu dan melaksanakan kebijakan untuk meningkatkan pemanfaatkan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai bahan bakar lain di daerahnya dan melakukan sosialisasi dan fasilitasi penyediaan lahan untuk pengembangan budidaya bahan baku bahan bakar nabati (biofuel).
(Sumber: Pos Kota, 4 Desember 2007)
Hemat BBM Dengan Bahan Bakar Nabati (Biofuel)
Minyak bumi adalah sumber energi yang tidak bisa diperbaharui. Cadangan minyak bumi Indonesia saat ini hanya sekitar 8,4 miliar barel. Dengan laju pengurangan produksi 400 juta barel per tahun, apabila tidak ditemukan cadangan baru, diperkiraan minyak bumi Indonesia hanya tersisa untuk jangka waktu 21 tahun.
Kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) nasional tahun 2006 mencapai 61 juta kiloliter. Oleh karena kemampuan kilang minyak dalam negeri tidak mencukupi, untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pemerintah mengimpor BBM kurang lebih 30% dari total kebutuhan BBM nasional. Hal ini tentunya akan membebani APBN dan mengurangi cadangan devisa negara.
Untuk mengurangi kebergantungan terhadap BBM, semua kebijakan dan pengelolaan energi harus mengacu pada langkah-langkah efisiensi, diversifikasi, konservasi dan lingkungan. Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden No. 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional untuk mengembangkan sumber energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak. Pemerintah juga memberikan perhatian untuk pengem- bangan bahan bakar nabati (biofuel) dengan menerbitkan Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatkan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Sebagai Bahan Bakar Lain.
Bisa dibayangkan jika 5% bahan bakar nabati (biofuel) digunakan untuk mengganti/mensubtitusi BBM, kita mampu menghemat pemakaian BBM fosil hingga 3,1 juta kiloliter. Sebaliknya jika kita tidak berupaya menghemat BBM fosil salah satunya dengan memanfaatkan bahan bakar nabati (biofuel), negara harus terus mengimpor minyak fosil dengan biaya trilyunan rupiah setiap tahunnya.
Lebih dari itu, bahan bakar nabati (biofuel) adalah bahan bakar yang dapat diperbaharui dan bahan bakunya mudah serta banyak ditemui di Indonesia seperti sawit, jarak pagar, tebu, kelapa, nyamplung, keledai, ubi kayu, wijen, dan lain sebagainya sehingga penyediaannya lebih berkesinambungan. Bahan bakar nabati (biofuel) juga memiliki kandungan polusi yang lebih kecil. Berdasarkan hasil uji emisi gas buang, pemakaian bahan bakar nabati (biofuel) akan mengurangi kandungan karbon monoksida (CO) sehingga menghasilkan gas buang ramah lingkungan. Sebagai perbandingan, pemakaian Bensin-88 akan menghasilkan 1,22% gas CO, Bensin-92 menghasilkan 0,81%, sadangkan Biothanol 92 hanya menghasilkan 0,44% gas CO.
Untuk menyukseskan program tersebut, perlu adanya partisipasi dari pihak-pihak terkait dan pemerintah daerah dalam membantu dan melaksanakan kebijakan untuk meningkatkan pemanfaatkan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai bahan bakar lain di daerahnya dan melakukan sosialisasi dan fasilitasi penyediaan lahan untuk pengembangan budidaya bahan baku bahan bakar nabati (biofuel).
(Sumber: Pos Kota, 4 Desember 2007)