Menggunakan Kalimat yang Baik, Tepat, dan Santun: Kalimat yang Komunikatif, tetapi tidak Cermat


Dalam proses komunikasi sering kita temui kalimat yang ditulis atau diucapkan tidak terlalu mengindahkan tata bahasa atau gramatikal. Artinya, kemungkinan dalam penyusunan kalimat banyak terjadi kesalahan atau kurang cermat, namun dapat dipahami karena memang sudah terbiasa didengar atau diucapkan. Namun, tetap saja ketidakcermatan penyusunan kalimat tidak menjamin terjadinya komunikasi yang efektif. Oleh sebab itu, kita harus memahami kriteria kalimat yang kurang cermat.

Ketidakcermatan kalimat dapat ditinjau dari beberapa segi berikut.

1. Ketidaklengkapan unsur-unsurnya

Sebuah kalimat jika tidak lengkap unsur-unsurnya apalagi unsur tersebut seharusnya ada menjadi tidak berarti. Di dalam kalimat, terdapat minimal dua unsur, yaitu subjek dan predikat. Kalimat yang seharusnya memiliki unsur jabatan tersebut lalu secara tersurat tak terungkap membuat kalimat menjadi rancu.

Contoh:
a. Dilengkapinya perpustakaan dengan koleksi buku remaja menjadikan bertambahnya para pengunjung perpustakaan sekolah.
(Kalimat ini tidak menjelaskan siapa yang melengkapi perpus- takaan. Artinya, kalimat ini tidak menyertakan siapa pelakunya atau subjek kalimatnya.)

b. Dengan bersemangat Pak guru menceritakan kepada anak-anak muridnya agar mereka dapat mengambil hikmah.
(Kalimat ini tidak lengkap pada objeknya. Hal apa yang diceritakan oleh pelaku tidak tertera atau dijelaskan. Jika pun strukturnya dipertahankan, supaya tidak rancu, kata menceritakan yang merupakan verba transitif diubah menjadi intransitif bercerita)

Perbaikan kalimatnya ialah:
  1. Dilengkapinya perpustakaan dengan koleksi buku remaja oleh kepala sekolah menjadikan bertambahnya para pengunjung perpustakaan sekolah.
  2. Dengan bersemangat Pak guru bercerita kepada murid-muridnya agar mereka dapat mengambil hikmah.

2. Ketidaktepatan penempatan unsur-unsurnya

Kalimat yang tidak tepat kedudukan unsur-unsurnya membuat kalimat tersebut tidak dapat dipahami atau sulit dimengerti.

Contoh:
  1. Petani sebelum ada kebijakan impor gula dari pemerintah, tidak pernah mengalami kerugian hingga puluhan juta rupiah.
  2. Setelah ia dan istrinya mendapat teror terus-menerus, segera melapor kepada pihak kepolisian.
Kedua kalimat ini terasa janggal karena ada ketidaktepatan penempatan salah satu unsur kalimatnya. Jika diperhatikan, kesalahan ada pada kata petani yang seharusnya diletakkan setelah klausa keterangan sebelum ada kebijakan impor gula dari pemerintah. Begitu pula dengan kalimat kedua, kata atau subjek ia dan istrinya seharusnya diletakkan pada kalimat induk segera melaporkan kepada pihak kepolisian. Perhatikanlah perbaikannya berikut ini.

  1. Sebelum ada kebijakan impor gula dari pemerintah, petani tidak pernah mengalami kerugian hingga puluhan juta rupiah.
  2. Setelah mendapat teror terus-menerus, ia dan istrinya segera melapor kepada pihak kepolisian.

Perhatikan kembali contoh berikut:
c. Selanjutnya saya akan berikan kekurangannya setelah pekerjaan selesai.
d. Jadi, kita harus sukseskan pilkada tahun ini.

Kedua kalimat ini juga janggal. Keterangan aspek seperti akan, belum, telah, masih, sedang, dan sebagainya tidak boleh disisipkan pada kata kerja pasif yang berupa ikatan erat antara subjek kata kerjanya.

Perhatikan perbaikannya berikut ini:
c. Selanjutnya akan saya berikan kekurangannya setelah pekerjaan selesai.
d. Jadi, harus kita sukseskan pilkada tahun ini.

3. Penggunaan unsur-unsur kalimat yang berlebihan

Ketidakcermatan kalimat juga dapat dilihat dari penggunaan unsur kalimat yang berlebihan. Unsur yang berlebihan itu dapat berupa penggunaan kata yang sama artinya atau pemakaian kata tugas yang tidak perlu.

Contoh:
a. Para ibu-ibu sedang mengikuti penyuluhan hidup sehat dan bersih.
b. Di dalam tubuhnya terdapat banyak virus-virus yang membahayakan.
c. Remaja harus mengetahui akan bahaya narkoba.
d. Bagi siswa yang mengisi acara pensi harap segera menghubungi panitia.

Kalimat pertama dan kedua berlebihan dalam hal pemakaian kata para dan banyak yang menunjukkan makna jamak. Maka, kata berikutnya tidak perlu diulang. Kalimat ketiga dan keempat tidak perlu memakai kata tugas akan dan bagi. Jadi, kalimat yang benar ialah:

a. Para ibu sedang mengikuti penyuluhan hidup sehat dan bersih.
b. Di dalam tubuhnya terdapat banyak virus yang membahayakan.
c. Remaja harus mengetahui bahaya narkoba.
d. Siswa yang mengisi acara pensi harap segera menghubungi panitia.

4. Pilihan kata tidak tepat

Ketidakefektifan atau ketidakcermatan penyusunan kalimat juga dapat disebabkan karena pilihan kata tidak tepat. Hal ini dapat dipengaruhi oleh bahasa sehari-hari atau pengaruh bahasa asing.
Selain itu, ketidakpahaman terhadap arti sebuah kata menyebabkan penggunaan kata tersebut tidak tepat.
Baca Juga: Pengertian Puisi
Contoh:
a. Kepada yang pernah ke gunung ini pasti akan merasakan dinginnya udara di sini.
b. Kenikmatan mie buatannya menggemparkan warga sekitarnya.
c. Rumahnya besar sendiri dibandingkan rumah-rumah tetangganya.

Kalimat pertama terdapat ketidakcocokan antara kata pernah dan akan. Kata pernah menunjukkan sudah dilakukan, bertentangan dengan kata akan yang baru atau belum dialami. Seharusnya kata akan diganti dengan sudah. Kata depan kepada juga sebaiknya dihilangkan. Kalimat kedua ketidaktepatan pada kata menggemparkan. Kata ini berkonotasi negatif yang berarti membuat panik. Padahal kenikmatan adalah suatu kesenangan dan dalam hal ini berkaitan dengan urusan rasa. Maka, frasa yang tepat adalah membuat takjub. Kalimat ketiga kata besar sendiri dipengaruhi bahasa daerah gede dewe, yang tepat adalah paling besar. Jadi, perbaikannya.

a. Mereka yang pernah ke gunung ini pasti sudah merasakan dingin- nya udara di sini.
b. Kenikmatan mie buatannya membuat takjub warga sekitarnya.
c. Rumahnya paling besar dibandingkan dengan rumah-rumah tetangganya.

Menggunakan Kalimat yang Baik, Tepat, dan Santun: Kalimat yang Komunikatif, tetapi tidak Cermat Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Site Administrator