Mengutarakan Pendapat dengan Kalimat Tanya yang Santun
Dalam melakukan tanya jawab, kita perlu memperhatikan adab bertanya karena hal ini berhubungan dengan si penanya dan pihak yang ditanya. Adab bertanya yang baik menjadi faktor utama sebagai penentu respons pihak yang ditanya.
Teknik atau cara mengajukan pertanyaan adalah seperti berikut.
(1) Pertanyaan yang diajukan harus relevan dengan topik yang akan ditanyakan.
(2) Pertanyaan yang diajukan benar-benar mengesankan keingintahuan terhadap sesuatu yang menjadi topik pertanyaan.
(3) Pilihlah kata-kata yang baik dan santun agar mendapat respons yang baik dan mendapatkan jawaban yang memuaskan.
(4) Hindari pertanyaan yang bersifat subjektif/pribadi.
(5) Pertanyaan yang diajukan harus bersifat menggali informasi sebelum berlanjut ke pertanyaan yang bersifat konfirmasi atau penegasan.
(6) Jika pertanyaan menuntut sebuah tanggapan atau penilaian dari narasumber, ada baiknya jika pertanyaan diawali dengan kata ”menurut pendapat ...”. Misalnya, ”Menurut pendapat Bapak, bagaimana peranan pemuda dalam memberantas penyalahgunaan narkoba?”
(7) Pertanyaan tidak bersifat memaksa, menekan, atau cenderung bertujuan mencari kesalahan narasumber.
Contoh:
Berikut ini contoh sebuah wawancara reporter Berita Kota dengan penyanyi dangdut legendaris A. Rafiq seputar keluarga dan rumah tangganya.
Wartawan : “Bagaimana Bang Rafiq membina keluarga dan berhasil awet hingga sekarang?”
A. Rafiq : “Pertama begini, saya punya satu prinsip dalam mengurus dan memelihara rumah tangga, semua itu konsepnya lain.”
Wartawan : “Jadi, bagaimana dulu waktu memilih istri?”
A. Rafiq : “Istri saya itu tipe orang yang tidak pernah ke sana kemari, nggak pernah macam-macam. Istri saya orang rumahan, orang pendidikan yang betul-betul dididik oleh keluarga yang baik yang menurut saya cukup terhormat dan dengan landasan agama. Saya menikah dengan jalur agamis.”
Wartawan : “Maksudnya?”
A. Rafiq : “Sampai saat ini saya dekenal orang. Bahkan katanya, sampai hari ini untuk penyanyi skill on the scope, belum ada yang bisa ngalahin saya. Itu kata orang. Toh orang tidak akan percaya kalau lihat penampilan saya bahwa saya nggak mabuk, bahwa saya nggak doyan perempuan. Orang nggak percaya bahwa sampai hari ini saya nggak penah kenal setetes minuman. Kenapa? Karena faktor agama. Nah itu saya bawa dalam kehidupan saya.”
Wartawan : “Anak-anak bagaimana?” “Apakah mereka juga mengikuti keteladanan yang Anda buat?”
A. Rafiq : “Alhamdulillah, wasyukurillah, kita nggak boleh takabur, ya. Anak-anak saya itu yang namanya persoalan mendekati narkoba, satu pun nggak ada. Merokok pun jika mungkin terjadi dilakukan secara sembunyi-sembunyi di belakang saya.”
Wartawan : “Hal apalagi yang Anda tekankan dalam mendidik anak?”
A. Rafiq : “Masalah shalat dan mengaji. Soal kualitas dan perkembangannya itu masing-masing, tetapi saya tekankan. Anak saya itu nggak ada satu pun yang berani ninggalin
shalat. Anak saya, jangankan ninggalin, terlambat saja saya pukul langsung.”
Wartawan : “Keras sekali Anda mendidik anak?”
A. Rafiq : “Ooh saya keras soal shalat. Tapi soal yang lain saya dudukin. Saya ngomong, jangan gitu, jangan gini, lalu memberi nasihat-nasihat. Tapi kalau soal shalat, lagsung saya pukul. Langsung itu. Saya nggak ada ampun kalau soal shalat.”
Wartawan : “Efeknya bagaimana ke anak-anak?”
A. Rafiq : Ooh luar biasa. Di mana saja mereka mesti shalat. dampaknya pun luar biasa kalau mau berpegang pada agama, nomor satu shalat. Boleh dibuktiin.
(Sumber: Berita Kota Minggu, 27 April 2008)
Dalam melakukan tanya jawab, kita perlu memperhatikan adab bertanya karena hal ini berhubungan dengan si penanya dan pihak yang ditanya. Adab bertanya yang baik menjadi faktor utama sebagai penentu respons pihak yang ditanya.
Teknik atau cara mengajukan pertanyaan adalah seperti berikut.
(1) Pertanyaan yang diajukan harus relevan dengan topik yang akan ditanyakan.
(2) Pertanyaan yang diajukan benar-benar mengesankan keingintahuan terhadap sesuatu yang menjadi topik pertanyaan.
(3) Pilihlah kata-kata yang baik dan santun agar mendapat respons yang baik dan mendapatkan jawaban yang memuaskan.
(4) Hindari pertanyaan yang bersifat subjektif/pribadi.
(5) Pertanyaan yang diajukan harus bersifat menggali informasi sebelum berlanjut ke pertanyaan yang bersifat konfirmasi atau penegasan.
(6) Jika pertanyaan menuntut sebuah tanggapan atau penilaian dari narasumber, ada baiknya jika pertanyaan diawali dengan kata ”menurut pendapat ...”. Misalnya, ”Menurut pendapat Bapak, bagaimana peranan pemuda dalam memberantas penyalahgunaan narkoba?”
(7) Pertanyaan tidak bersifat memaksa, menekan, atau cenderung bertujuan mencari kesalahan narasumber.
Contoh:
Berikut ini contoh sebuah wawancara reporter Berita Kota dengan penyanyi dangdut legendaris A. Rafiq seputar keluarga dan rumah tangganya.
Wartawan : “Bagaimana Bang Rafiq membina keluarga dan berhasil awet hingga sekarang?”
A. Rafiq : “Pertama begini, saya punya satu prinsip dalam mengurus dan memelihara rumah tangga, semua itu konsepnya lain.”
Wartawan : “Jadi, bagaimana dulu waktu memilih istri?”
A. Rafiq : “Istri saya itu tipe orang yang tidak pernah ke sana kemari, nggak pernah macam-macam. Istri saya orang rumahan, orang pendidikan yang betul-betul dididik oleh keluarga yang baik yang menurut saya cukup terhormat dan dengan landasan agama. Saya menikah dengan jalur agamis.”
Wartawan : “Maksudnya?”
A. Rafiq : “Sampai saat ini saya dekenal orang. Bahkan katanya, sampai hari ini untuk penyanyi skill on the scope, belum ada yang bisa ngalahin saya. Itu kata orang. Toh orang tidak akan percaya kalau lihat penampilan saya bahwa saya nggak mabuk, bahwa saya nggak doyan perempuan. Orang nggak percaya bahwa sampai hari ini saya nggak penah kenal setetes minuman. Kenapa? Karena faktor agama. Nah itu saya bawa dalam kehidupan saya.”
Wartawan : “Anak-anak bagaimana?” “Apakah mereka juga mengikuti keteladanan yang Anda buat?”
A. Rafiq : “Alhamdulillah, wasyukurillah, kita nggak boleh takabur, ya. Anak-anak saya itu yang namanya persoalan mendekati narkoba, satu pun nggak ada. Merokok pun jika mungkin terjadi dilakukan secara sembunyi-sembunyi di belakang saya.”
Wartawan : “Hal apalagi yang Anda tekankan dalam mendidik anak?”
A. Rafiq : “Masalah shalat dan mengaji. Soal kualitas dan perkembangannya itu masing-masing, tetapi saya tekankan. Anak saya itu nggak ada satu pun yang berani ninggalin
shalat. Anak saya, jangankan ninggalin, terlambat saja saya pukul langsung.”
Wartawan : “Keras sekali Anda mendidik anak?”
A. Rafiq : “Ooh saya keras soal shalat. Tapi soal yang lain saya dudukin. Saya ngomong, jangan gitu, jangan gini, lalu memberi nasihat-nasihat. Tapi kalau soal shalat, lagsung saya pukul. Langsung itu. Saya nggak ada ampun kalau soal shalat.”
Wartawan : “Efeknya bagaimana ke anak-anak?”
A. Rafiq : Ooh luar biasa. Di mana saja mereka mesti shalat. dampaknya pun luar biasa kalau mau berpegang pada agama, nomor satu shalat. Boleh dibuktiin.
(Sumber: Berita Kota Minggu, 27 April 2008)